hujan terpelanting di atas bumi licin menggelinding
menindih debu pengap yang sejak lama bermalas-malas
berbaring
berdesah mendesah menghapus risau alam
yang lelah bertarung dengan terik yang mencabik-cabik
meregang hembuskan lenguh kerontang dan kering
datangmu dengan nyanyian tapi kadang tersedu lirih
meneteskan pelahan air hujan bagai bulir air mata gadis
perawan
hingga bumi ini merintih lirih menantimu jatuhkan hujan
karena ia tercekik kehausan dan sekarat oleh debu-debu
beterbangan
bumi dan rerumputan telah lama mendendam rindu padamu
dan hendak ia tumpahkan risau dan rindunya bilamana kau
datang
rindu sehari dari penantian yang panjang terentang
_____________________________________________
Surya Subhan or Bang Aang, Sei Keruh, 16 Januari 1988PUISI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tinggalkan komentarmu dengan bahasa yang cantik dan santun agar jalinan pertemanan dan persahabatan antar kita semakin kukuh. Komentar yang cantik dan santun adalah pencitraan diri anda pada semua orang, dan itu penting. Terima kasih.