biduk ini senantiasa oleng
meski angin tak muncul sebagai badai
dan riak tak muncul sebagai ombak
dan kayuh tak patah menolak gerak
tapi biduk ini berputar memusing bagai dihempas angin
samudera yang kami tempuh tenang tanpa gelombang
biduk yang kami kayuh tak juga sarat dengan muatan
aku akan membawanya sampai setengah pelayaran
dan akan kusandarkan pada sebuah pelabuhan
biduk ini sangat rawan dan rentan terhadap angin lautan
kemudi yang terpasang terombang ambing pusaran
gelap awan yang menyetubuhi laut dikejauhan
menutup pandang dan arah tujuan.
takkan kubiarkan biduk ini tenggelam
karena pesta pora angin dalam satu pusaran
atau ia pecah berkeping diatas air tanpa gelombang
atau ia hancur karena karang membelah garang
ia akan terus kukayuh meski langit makin hitam
dan kupicingkan pandang menembus tebalnya dinding awan
agar biduk ini sampai disebuah persinggahan dan dapat kutambatkan
meski aku akan mati terkapar kelelahan
atau kembali ketempatku dengan merenangi lautan...
____________________________________________
Surya
Subhan - Jakarta, 23 April 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tinggalkan komentarmu dengan bahasa yang cantik dan santun agar jalinan pertemanan dan persahabatan antar kita semakin kukuh. Komentar yang cantik dan santun adalah pencitraan diri anda pada semua orang, dan itu penting. Terima kasih.