aku tau, sejenak tadi kau datang
kubiarkan tanpa kusapa apalagi kupandang
sebab aku sedang mengamati dan memberi nilai untukmu
yang akan kurubah bersama perilaku burukmu
si miskin dan buruk rupa ini
bukanlah bangkai yang terapung di air sungai
yang lalu bersama riak dan gelombang
dibiarkan pergi setelah ditikam dan mengambang
aku adalah korbanmu yang kau hempaskan
jatuh melayang dari ketinggian angan
merintih, sakit yang tak sanggup kutahan
tersungkur dikakimu yang melangkah tak terhadang
sudahkah kau masukkan aku dalam catatan
dan memberiku nomor urut korban kesekian
agar aku diberi kesempatan
oleh orang-orang binasa yang kau tumbangkan
untuk bertutur tentang racun yang kau tuangkan
melati,
kini kau penuh ditumbuhi duri
menyengat, menikam dan mematikan kumbang
kumbang yang kau seru dan kau undang
kukira kau bidadari yang ingin mengajakku terbang
dengan senyum dan sehelai selendang
mengarungi asap menembus awan
melenggang dengan nyanyian diketinggian
rupanya selendang itu adalah rampasan
wajah bidadarimu hanyalah polesan
kelembutanmu adalah pinjaman
yang kau rebut dari malaikat sebelum kau menuruni awan
kukumu hitam dan panjang
melukaiku hanya sekali tikam
rupanya kau hanya setan
yang kutemukan saat aku berjalan...
____________________________________
Surya Subhan, Jakarta dinihari, 15 Maret 2013PUISI
kubiarkan tanpa kusapa apalagi kupandang
sebab aku sedang mengamati dan memberi nilai untukmu
yang akan kurubah bersama perilaku burukmu
si miskin dan buruk rupa ini
bukanlah bangkai yang terapung di air sungai
yang lalu bersama riak dan gelombang
dibiarkan pergi setelah ditikam dan mengambang
aku adalah korbanmu yang kau hempaskan
jatuh melayang dari ketinggian angan
merintih, sakit yang tak sanggup kutahan
tersungkur dikakimu yang melangkah tak terhadang
sudahkah kau masukkan aku dalam catatan
dan memberiku nomor urut korban kesekian
agar aku diberi kesempatan
oleh orang-orang binasa yang kau tumbangkan
untuk bertutur tentang racun yang kau tuangkan
melati,
kini kau penuh ditumbuhi duri
menyengat, menikam dan mematikan kumbang
kumbang yang kau seru dan kau undang
kukira kau bidadari yang ingin mengajakku terbang
dengan senyum dan sehelai selendang
mengarungi asap menembus awan
melenggang dengan nyanyian diketinggian
rupanya selendang itu adalah rampasan
wajah bidadarimu hanyalah polesan
kelembutanmu adalah pinjaman
yang kau rebut dari malaikat sebelum kau menuruni awan
kukumu hitam dan panjang
melukaiku hanya sekali tikam
rupanya kau hanya setan
yang kutemukan saat aku berjalan...
____________________________________
Surya Subhan, Jakarta dinihari, 15 Maret 2013PUISI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tinggalkan komentarmu dengan bahasa yang cantik dan santun agar jalinan pertemanan dan persahabatan antar kita semakin kukuh. Komentar yang cantik dan santun adalah pencitraan diri anda pada semua orang, dan itu penting. Terima kasih.